Santri adalah kata yang tak asing lagi di telinga kita…kata tersebut kadang terdengar menjijikan bagi sebagian orang, karena santri identik dengan tidak menjaga kebersihannya dan bodoh dalam hal sains, sok alim, tidak punya masa depan yang cerah, tapi itu hanya anggapan mereka. Bagi ognum santri tidaklah seperti itu, karena santri yang sesungguhnya adalah santri yang menjunjung nama baik islam, siapa lagi jika bukan santri. Santri merupakan alat pemersatu bangsa dan pemimpin bagi negeri ini serta bertugas untuk menjaga keutuhan NKRI ini. Siapa sih yang tak kenal santri, jika mereka menganggap santri tidak menjaga kebersihannya, apa gunanya mereka belajar tentang Al-Quran dan hadist yang di dalamnya menjunjung tinggi kebersihan, karena “Kebersihan itu sebagian dari iman” dan tentu saja santri adalah orang yang beriman, santri juga mampu mempelajari ilmu sains meskipun tidak sehebat mereka yang non-santri. Santri mempelajari ilmu sains untuk menambah keimanan dan bukan hasrat untuk mencari harta dan dunia.
Tetesan demi tetesan air hujan membasahi ubin merah, semilir angin menyentuh kulitku, pagi yang syahdu angin membawa sejuta rindu, kuselimuti seluruh tubuhku, desiran angin menggigil tubuhku, kubuka gorden kamar dan mentaripun menyapa dengan irama indahnya, kuucapkan selamat pagi kepada Allah sang pemilik jagad raya, kududuk diatas kasur sambil kulantunkan ayat-ayat suci, pagi yang penuh barokah tak jedah selalu bersyukur atasnya. Pagiku jalani dengan aktifitas seperti biasa yaitu sekolah.
“Reza, sebentar lagi ada lomba nih, kamu mau ikut gak,?” tanya Revan kepadaku.
“Lomba apa Van?” jawabku penasaran.
“kalo gak salah tentang anak bangsa, oh ya tema lombanya adalah “Karya Anak Bangsa” dan insyaallah kalo kita mau ikut, aku ada rencana mau buat mesin pengolah sampah yang didaur ulang menjadi kompos, jadi kita mencoba dulu deh siapa tau berhasil,”
“Waduh susah banget van,” ujarku mengeluh.
“Sudah santai saja kita mencoba terlebih dahulu barangkali kita bisa,” jawab Revan dengan meyakinkan.
“Oke oke, Rehan diajak juga van barangkali dia juga mau ikut, dia ‘kan mengerti dalam bidang elektro,”
Menurutku sih ini susah sekali, mungkin karena aku orang desa, jadi didesaku tak pernah ada mesin pengolah sampah yang didaur ulang manjadi kompos, mesin canggih mana ada bisa masuk ke daerah plosok. Mau cari beras saja susah apalagi mesin cannggih seperti itu, tapi apa salahnya sih aku mencoba siapa tahu aku bisa membuat mesin pengolah sampah itu, aku bawa ke kampung biar bisa mendaur ulang sampah-sampah yang berserakan disana. Rehan mengikuti ekstrakurikuler elektro jadi lumayan sih ia ‘kan bisa dalam bidang elektro. Sedangkan Revan mengikuti ekstrakurikuler programer komputer lumayan juga sih tentang komputernya. Dan aku mengikuti ektrakurikuler robotika, ya lumayan juga sih tentang komputernya. Kebetulan lomba ini pertim dan setiap tim terdiri dari tiga orang, siapa tahu kami menjadi penemu. Kami disini berunding terlebih dahulu, Revan bertanya kepada aku dan Rehan.
“Apakah kalian siap mengikuti lomba ini?,”
“Iya kita siap han,” jawab serentak.
“Oke kalau gitu ayo kita siapin matang-matang peralatannya, jika seandainya butuh apa-apa aku akan telfon orang tuaku untuk membeli peralatannya yang kita butuhkan,” ujar revan bersemangat.
“Oke, aku juga van, nanti aku bantu kamu juga,” jawab Rehan.
“Lomba ini insyallah sebentar lagi akan dibuka kalau tidak salah dua hari lagi maka dari itu mari kita persiapkan peralatannya dengan baik,” ujar revan.
“Sebentar, sebentar ini tema kita terlalu susah kawan, kenapa kita tidak yang lain saja, dan ini membutuhkan biaya yang sangat besar,” aku mengusulkan dengan irama tak percaya diri.
“Reza kita mencoba terlebih dahulu, apa salahnya sih kita mencoba, ingat kawan masalah jadi dan gak jadinya gak usah dipikirin terlebih dahulu, nikmati saja setiap prosesnya, jika kita mencoba hal yang baru yang tak pernah kita tahu itu akan membuka otak kita yang buntu. Masalah peralatannya kamu gak usah ribet-ribet mikirinnya, dan yang harus dipikirkan bagaimana caranya supaya alat ini tercipta, biarkan aku saja yang mengurusnya. Kalau semisal kita berhasil membuat alat ini, kita sangat luar biasa kawan dan alat ini pasti sangat bermanfaat sekali bagi masyarakat. Dan sampah-sampah, tak akan ada lagi yang berserakan disetiap tong-tong sampah dan kita akan menjadi salah satu santri penemu alat ini. Salah satu tujuan kita membuat alat ini yaitu untuk mengurangi sampah-sampah yang ada dipinggiran jalan dan supaya negeri ini bersih dari sampah,” ujar Revan memberi kobaran semangat.
“Setuju banget kawan” jawab Rehan meyakinkan.
Setelah perlombaan dimulai, akhirnya Bapak Kepala Sekolah membuka lomba “Karya Anak Bangsa” bertujuan untuk mengungkapkan bakat-bakat santri yang terpendam dan karya-karyanya untuk negeri ini. Setelah selesai pembukaan dari Bapak Kepala Sekolah, ketidakyakinanku berubah menjadi semangat yang membara, aku terus mendorong timku supaya setiap hari selama perlombaan ini dimulai selalu memiliki semangat yang menggebu-gebu. Kami bertiga mengikuti breaving. perlombaan ini akan dimulai besok supaya hari dan tanggal pengumumannya bertepatan pada hari Jumat liburnya para santri. Dan perlombaan ini diberikan waktu sekitar satu bulan, bagiku sangat lama, tapi bagi Rehan dan Revan sangat pendek sekali waktunya. Akhirnya perlombaan ini dimulai, Revan memajang sepanduk besar didepan garasi mobil tempat biasa ekstrakurikuler elektro, dengan judul “Mesin Pengolah Sampah” dan dibawah tertulis hastag #Dari Sun3 Untuk Negeri, dari 3R (Revan, Reza, Rehan) yang warna tulisan merah putih, judul itu sangatlah berat sekali bagi peserta lainnya. Revan semangat sekali, mungkin saja ia termotivasi oleh bapak BJ Habibie yang semangat beliau sangat luar biasa. Revan membagi-bagi tugas, aku bagian mengoperasikan komputer dan pembuat aplikasinya, Rehan bagian perancang mesin pengolahnya, sedangkan Revan membeli peralatan, menganalisis, dan mengkoordinir, ini awal pertama kali kami membuat mesin yang rumit, kami hanya anak santri yang persediaannya terbatasi. Awalnya kami kebingungan, aku menyarankan untuk browsing di internet suapaya ada gambaran.
“Revan menurut kamu, apa langkah awal yang harus kita lakukan,” aku bertanya.
“Ini aku sudah membuat pola cara pembuatannya kawan, langkah awal sebaiknya kita membuat mesin terlebih dahulu, kita manfaatkan motor-motor rusak yang ada digarasi, kita ambil mesinnya lalu perbaiki, setelah itu operasikan mesin itu lewat komputer dengan kecepatan yang standar dulu, kalau semisal kuat kita naikkan perlahan-lahan kecepatannya menjadi medium, jika bisa memungkinkan ditambah lagi kecepatannya menjadi High. Kalau mesin ini menggunakan bahan bakar solar atau bensin maka kita yang akan rugi dan akan menghabiskan biaya yang sangat besar. Jadi gimana caranya supaya bahan bakarnya menggunakan air, dengan cara memecahkan terlebih dahulu setiap molekul-molekul yang ada didalam air tersebut, dan ini juga tugas kita yang terpenting.” Ujar Revan menerangkan pola pembuatannya.
Rehan mencoba memperbaiki mesin motor yang rusak itu dari sekian banyak motor hanya dua mesin yang bisa digunakan itupun mesinnya sudah tua dan sudah tidak layak dipakai. Tapi bismillah, insyaallah bisa digunakan. Lalu Rehan berhasil memperbaikinya, setelah lama Rehan memperbaiki kini tinggal penyambungan ke komputer sedangkan aku dan Revan sibuk memikirkan caranya supaya air menjadi bahan bakar. Aku dan Revan terus mencoba memecahkan setiap molekul-molekul yang ada di air itu dan hasilnya tetap tidak ada perubahan sama sekali. Akhirnnya Revan memutuskan untuk menggunakan bahan bakar solar namun Rehan menggugah hal itu, ia berkata;
“Revan, kamu mau menyerah begitu saja, hanya satu kali hingga sepuluh kali mencoba itu tidak ada apa-apanya kawan, tidakkah kau lihat pencipta lampu? Berapa kali ia mencobanya? satu kali, dua kali ataukah tiga kali? Tidak kawan, ia mencoba berkali-kali hingga ia berhasil menciptakan lampu yang sekarang ini kita gunakan. Jadi aku gak mau tahu kamu harus tentukan baik-baik rencana awal, kita sebagai laki-laki berkomitmen yang kuat, jangan sampai diubah-ubah lagi, apa yang kamu katakan pertama kalinya itulah yang kamu kerjakan. Rehan kamu kan mempuni dalam bidang kimianya, ayolah panaskan otakmu untuk memecahkan hal itu, tidakkah kita malu dengan banner yang terpampang “Dari Santri Untuk Negeri” itu sangat berat kawan, jika rencana tak berjalan sesuai dengan apa yang ada di ide kita, kita yang malu kawan, kita ini satu team dan harus kompak, dan kalian harus mencobanya lagi, aku yakin kalian pasti bisa,” ujar rehan memberi semangat dengan suara yang menggelora.
Aku dan Revan diam terbungkam bisu tak satu percik katapun yang keluar dari lisan kami. Akhirnya kami mencobanya lagi, mulai dari air tawar yang direbus hingga dicampur dengan solar, dan air asin yang direbus, tetapi hasilnya tetap sama, kemudian kami istirahat sejenak untuk sholat setelah selesai sholat, aku berdoa semoga Allah memberikan ide-ide yang baru dan mampu memecahkan masalah yang saat ini aku sedang menghadapi.
“Kawan sepertinya kita butuh istirahat sejenak deh untuk makan dan merefresh pikiran-pikiran kita yang panas supaya adem dulu,” ujarku.
“Hey, tak ada kata-kata istirahat kawan, waktu kita sangat pendek sekali, sedangkan perjalanan kita sudah hampir lima belas hari, kita belum jadi apa-apa,” Jawab Rehan dengan jiwa penuh kobaran semangat.
Kami selalu mencoba namun hasilnya tetap sama, hari demi hari kami lewati dengan letih. Pusing kami hiraukan, karena setiap ada masalah pasti ada solusinya, akhirnya kami berhasil memecacahkan molekul-molekul dari air itu, dengan cara:
H2O > H2 dan O2. Karena air bersifat anfoter yaitu bisa bereaksi asam atau basa maka, H2O > H2 + OH– Dan 2 H2O > O2 + 4H+ , setelah itu kami menerapkan pelajaran yang pernah diajari oleh guru kami yaitu tentang ELEKTROLISIS.
Kami mencoba memasukkan air itu ke tangki motor dan akhirnya bisa nyala, tinggal langkah tiga yaitu tahap pembuatan penggiling penghancur sampah-sampah, Rehan juga baru saja menyelesaikannya dan langkah terakhir yaitu pengecetan, Revan mengusulkan untuk memberikan warna sesuai warna bendera indonesia dan di tengah-tengah bendera ada burung garuda. Setelah selesai tahap terakhir tinggal tahap uji coba, karena Revan yang mengkoordinir, ia mencobanya.
“Oke Reza silahkan operasikan komputernya, dan Rehan silahkan masukan tumpukan sampahnya” Revan menyuruh kami.
Mesin berjalan dengan lancar. Setelah aku menaikkan ke High mesin langsung mati seketika, dan di dalam mesin itu mengeluarkan banyak asap. Kuturunkan mesinnya ke Standar eh ternyata mesinnya rusak. Semua mesin harus dibongkar lagi sedangkan tahap pengumpulannya tinggal satu hari lagi, dan semua peserta sudah mengumpulkannya terlebih dahulu kecuali kelompok 3R yang paling akhir. Rehan mencoba memperbaiki mesin itu namun didalamnya sudah tidak bisa digunakan lagi. Mesin didalamnya ada yang terbakar dan mesin harus diganti yang baru lalu Rehan menggantinya dengan mesin yang satunya. Namun pengoperasian komputer tidak bisa, kami bingung harus bagaimana, Revan yang semangatnya masih tetap luar biasa, ia memberikan arahan dan mengecek semua yang terjadi di dalamnya.
“Kawan sini berkumpul dulu, minum kopi nih biar fresh dan tetap fokus, gini kawan mau tidak mau ini mesin harus diganti yang baru rusaknya terlalu parah sedangkan besok kita harus mengumpulkannya, waktu kita sudah mepet sekali kawan,” ujar Revan mengeluh.
“Sudah santai aja kawan, besok aku berusaha untuk memperbaiki lagi tanpa harus membeli. Yang baru, insyallah bisa kok,” jawab Rehan dengan santai.
Pada keesokan harinya Rehan memperbaiki lagi ia membongkar-bongkar setiap mesin motor, hingga akhhirnya kami kehabisan waktu pengumpulan.
“Hey, kelompok 3R, mana buatannya kalian, cepat kumpulkan jika tidak saya akan diskualifikasi,” ujar juri dengan kata-kata sadisnya.
“Pak berikan kami dispensasi untuk memperbaiki mesin kami yang rusak, kami mohon pak,” ujar Rehan meronta-ronta didepan juri.
“Oke saya akan memberikan waktu satu jam buat kalian, jika satu jam belum selesai saya akan diskualifikasi,” kata juri mengancam.
“Oke pak, terima kasih pak,”
Kami memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Rehan terus mencoba dan ia tidak mau kalah dengan semangatnya yang luar biasa. Ia mencoba hingga akhirnya dalam waktu setengah jam ia mampu meyelesaikannya dengan baik. Ia memperbaiki begitu cepat sekali, kami mencoba mesin itu lagi dan akhhirnya mesin itu nyala , aku menaikkan dengan kecepatan High namun mesin itu tetap aman-aman saja, kami tersenyum lebar, Revan tampaknya tersenyum dengan wajah eksotisnya, kami berpelukan gembira, dan kami akhiri dengan membaca doa syukur kepada Allah. Lalu kami membawa mesin itu ke ruang juri, semua santri kaget karena mesin yang kami buat sangat besar dari peserta lainnya dari begitu banyak peserta ikut hanya kelompok kami yang mebuat mesin seperti ini. Mereka membuat mobil-mobilan, robot-robotan dan pesawat-pesawatan yang dioperasikan lewat komputer juga, awalnya kami pesmis karena banyak peserta yang buatannya lebih bagus dari kelompok kami, namun kami tetap menjadi santri yang optimis karena murni buatan kami, capek pusing, kurang tidur, itu yang kami alami karena segala sesuatu pasti butuh proses dan dari proses itu akan mendapatkan hasil yang sempurna karena Allah itu tidak butuh hasil melainkan proses. Kami tersenyum diatas meja menunggu untuk presentasi kepada juri. Setelah lama akhirnya giliran kelompok kami presentasi, Revan dengan gagahnya bak seorang pahlawan ia maju dengan sosok anggunnya, ia mempresentasikan hasil karya kami yang telah dibuatnya. Setelah presentasi Revan selalu tersenyum lebar dengan senyuman indahnya. Tampaknya ia yakin bahwa kelopok kami yang akan memenangkannya, karena satu diantara tiga puluh peserta hanya kelompok kami yang menurut kami paling bagus dan bermanfaat bagi orang lain. Kami menunggu pengumuman semua santri yakin bahwa bahwa kelompok kami yang akan menang. Akhirnya juri mengumumkan sepuluh finalis terbaik, jantung-jantung kami berdebar-berdebar tak sabar siapa yang akan memenangkan lomba ini karena di antara empat hingga sepuluh finalis tak ada kelompok kami, kami selalu berdoa semoga kerja keras kami mendapatkan hasil yang luar biasa, juri mengumumkannya.
“Juara 3 dimenangkan oleh kelompok Bulan (Syahrun), dengan perolehan nilai 430, mereka dapat menciptakan mobil-mobilan lamborghini yang dioperasikan menggunakan komputer. Juara 2 dimenangkan oleh kelompok Pemuda Santri Indonesia (PSI), dengan perolehan nilai 570, mereka dapat menciptakan robot-robotan yang dioperasikan langsung oleh komputer, sedangkan Juara 1 dimenangkan oleh kelompok 3R (Revan, Reza, dan Rehan), mereka dapat menciptakan mesin pengolah sampah yang operasikan juga langsung oleh komputer dengan porolehan total nilai 1000 mereka mendapatkan nilai sempurna. Dan mesin ini sangat berguna pagi pesantren dan negeri ini untuk mengurangi sampah-sampah yang ada dipondok ini, berikan tepuk tangan yang meriah untuk para juara,”
Semua santri tepuk tangan di lapangan futsal itu, tak hanya santri yang hadir melainkan santriwati juga ikut berpartisipasi, kami tersenyum lebar mengangkat sebuah piala dan dikalungi medali emas sesuai dengan nama masing-masing, teriakan histeris dilapangan itu membuat hati ini menggebu-gebu seakan tak ada kebahagiaan selain ini, kami bahagia sekali bisa memenangkan lomba ini. Pasti orang tua kami ikut merasakan senang dengan pengumuman juara ini yang di sorot langsung oleh media karena pondok As-Safinah memilki channel televisi tersendiri, kami tak bisa membayangkan bisa memenangkan lomba ini, kami tahu kalau hukum sebab akibat tuhan itu ada, siapa yang bekerja keras ia akan sukses. Karena proses tak akan pernah menghinati hasil.
Author : Muchlis Link : https://ibnumarr.wordpress.com/2018/11/13/dari-sun3-untuk-negeri/
Instagram : @muchlis_marr